Selasa, 31 Agustus 2010

Pelajaran Hidup I

Hari ini aku mendapatkannya,satu lagi pengalaman yang kelak akan kujadikan satu di babak akhir hidupku.Pengalaman bertemu dengan mereka yang sedikit kurang beruntung ketika acara buka bersama di kampus.Mereka tampak masih kecil kebanyakan,tapi ada juga yang sudah berada di bangku kuliah.Sebenarnya menurutku mereka itu bukanlah orang yang kurang beruntung,justru mungkin mereka sebagian kecil orang-orang yang menjalani hidup dengan sangat menakjubkan.Mereka pribadi yang tangguh,kadang lebih tangguh dari kita.Tapi mereka memang benar-benar tangguh kurasa dan mereka juga tampak bisa lebih bahagia daripada kita yang berkeadaan sedikit lebih baik.
            Aku perhatikan bocah-bocah kecil itu tertawa,saling bercanda,lepas tanpa batas.Mereka terlihat lebih mendapatkan bagaimana kebahagiaan masa kecil walaupun dengan keadaan yang seadanya akan tetapi mereka bisa menikmatinya.Sungguh membuatku ingin terjun kedalamnya,menengok sekuat apakah tembok hati mereka.Aku masih seksama memperhatikan dua bocah itu,mereka masing-masing berumur 5 dan 11 tahun.Mereka berdua terlihat sangat merasa nyaman berada di tengah-tengah keluarga tanpa canggung tanpa ada celah yang memperlihatkan suatu ketidaksempurnaan.Begitu pula para perempuan yang letak duduknya sedikit terpisah dari tempat laki-laki,hanya berjarak beberapa langkah saja.Mereka tampak rapi dan anggun mengenakan kerudung putih yang rupanya sengaja diseragamkan dengan yang lain,baik juga kopyah yang dipakai oleh yang laki-laki.Di baris perempuan ini lagi-lagi ada seorang bocah yang menggodaku untuk fokus kepadanya.Wajahnya sedikit tembem dengan setelan batik yang sangat cocok ia kenakan.Sesekali ia mainkan kerudungnya menutupi wajah dan pipinya yang agak sedikit mirip salah seorang artis cilik dulu.Dan lagi-lagi aku sangat menunggu senyuman dan tawa darinya.Bagiku benar-benar ada yang berbeda dengan tawa dan senyum mereka,baik bocah laki-laki ataupun perempuan kecil itu.Karena dengan melihat kebahagiaan mereka seperti itu aku bisa menjadi sangat amat bersyukur dengan aku yang sekarang.Mungkin semua orang yang hadir pun juga akan berpendapat demikian.Tentu seharusnya aku dan orang-orang yang sedikit beruntung daripada mereka bisa menciptakan bahagiaku sendiri walaupun masalah yang datang cukup berat untuk dihadapi.Tapi aku akan selalu mencoba menengok bagaimana cara saudara-saudaraku itu untuk tetap tersenyum di saat berbagai masalah ringan sampai yang paling berat sekalipun datang.Dan tentu saja tak lupa sebelum itu aku tak akan pernah lupa bersyukur kepada tuhan atas segala yang telah dia berikan padaku sampai saat ini,dan juga atas berbagai cobaan yang telah membuatku belajar serta bagaimana tuhan memberiku mimpi yang akan selalu aku kejar sampai aku mendapatkannya.
            Terima kasih kepada semua adik-adik yatim piatu yang telah memberi saya pelajaran begitu berharga,membuat saya semakin termotivasi dalam megejar mimpi,membuat saya sadar bahwa sebenarnya manusia bisa menjadi cukup tangguh untuk perjalanan hidupnya sendiri tergantung bagaimana proses kita menjalaninya.
            Merci Dieu,C’est un bon mardi pour moi.

Jumat, 20 Agustus 2010

Langkah-langkah perkasa

            Aku telah siap untuk berangkat lagi menuju petualangan yang lebih baru dari sekarang.Setelah sebelumnya aku hanya bisa menerka bagaimana wujud gunung bromo,bagaimana rasanya melihat sunrise dari penanjakan,seperti apa kawah ijen,sejauh apa aku harus berjalan untuk mencapai puncak dan bagaimana rasanya rindu dengan rumah,kini aku telah mewujudkannya.Aku tahu bagaimana wujud gunung bromo yang tampak angkuh bersanding dengan gunung semeru,berkuasa atas seluruh lautan pasir yang mengitarinya.Aku bisa merasakan hangat dan dinginnya penanjakan ketika aku menunggu rona merah matahari muncul hingga menjadi sempurna dan siap menerangi jutaan manusia di bumi.Aku juga menjadi tahu ternyata kawah ijen memang sangat indah jika kita beruntung dan tak ada awan yang bersekongkol mempersempit jarak pandang kita atas kawah yang kaya akan belerang itu.Bahkan kita memang harus benar-benar beruntung karena perjalanan sejauh tiga kilometer yang menanjak tak akan menjadi singkat dan mudah,bahkan perjalanan turun gunung bisa menjadi sangat sulit karena licinnya jalan setapak yang biasanya diguyur hujan setiap pagi menjelang.
Berjalan menuju kawah ijen merupakan suatu olahraga penghabisan sepanjang total enam kilometer yang sangat melelahkan.Belum lagi kita bisa merasa tersaingi oleh para pemikul belerang yang setiap harinya berjalan sejauh enam kilometer naik turun dengan membawa beban total belerang seberat dua ratus kilometer.Aku sangat amat malu dengan mereka yang benar-benar menghargai hidup dengan bekerja amat keras seperti itu apalagi ketika aku mengambil nafas dan meneguk air mineral di depan mereka yang semangat berjalan turun menyusuri jalan yang berliku dan licin dengan amat lihainya.Tak ada air mineral ataupun nafas panjang bagi mereka karena mereka diburu dan ditunggu,bukan mereka sebenarnya yang ditunggu tapi lebih tepatnya belerang yang mereka ambil dari kawah-lah yang amat ditunggu untuk diolah lagi di tempat pembakaran belerang yang berdinding rajutan bambu itu.Kawah ijen memang ganas bagiku tapi bagi mereka yang menggantungkan hidup dari tumpukan-tumpukan belerang,hidup pasti lebih ganas.Itulah pekerjaan yang mereka pilih dan mereka tak pernah tampak mengeluh dengan semua keringat yang telah terbuang ataupun luka yang mereka dapat dari pekerjaan hebat mereka.Walaupun terjatuh mereka bisa kembali bangun,mencoba memikul kembali beratnya tumpukan belerang yang akan menjadi sesuap nasi yang akan sangat membahagiakan istri dan anak mereka yang sudah menunggu dirumah.
            Aku perhatikan salah seorang pembawa belerang yang sedang menuruni jalan setapak yang masih belum terlalu berliku.Badannya tampak lemah,wajahnya mulai tua,tanpa sepatu ia berjalan,betisnya nampak terluka karena darah segar bercucuran perlahan,sedang punggungnya memerah dan akan terus begitu sampai dia berhenti bekerja mencari belerang.Aku perhatikan langkahnya benar-benar pasti karena mungkin ia sudah hafal benar akan jalur yang setiap hari selama bertahun-tahun ia lalui.Dua keranjang yang ia hubungkan dengan sebatang bambu itu nampak sangat kuat meski kadang berdecit menggores punggungnya sedikit demi sedikit.Aku dapatkan pemandangan yang sangat indah disana,melihat lembah yang berkabut,tumbuhan paku yang menghiasi sepanjang perjalanan dan juga senyum yang masih terdapat dalam diri para pencari belerang tersebut yang selalu mereka tunjukkan ketika berpapasan dengan pengunjung kawah yang selalu tampak kelelahan di sepanjang perjalanan.Mereka memang hebat dan tak akan pernah kalah hebat dengan indahnya kawah ijen tempat mereka menggantungkan hidup.

Roller Coaster

Meskipun aku telah bersusah payah untuk bangun lebih awal ternyata masih belum membuahkan hasil yang memuaskan.Mungkin juga karena angkot yang kami naiki mulai dari depan fakultas administrasi sampai depan terminal itu berjalan dengan kecepatan yang sama sekali tidak bisa menjamin penumpangnya akan cepat sampai di tempat tujuan.Menurutku kecepatan angkot itu setara dengan seseorang pemuda yang dengan semangat mengayuh fixie bike yang lagi ramai-ramainya dibicarakan,tanpa peduli rasa lelah dan panas walaupun akhirnya kecepatan maksimalnya hanya 50km/jam.Kami ragu akan mendapatkan bus yang akan langsung membawa kami berdua menuju tempat yang telah dijanjikan sebelumnya.Tempat itu juga masih baru untukku yang sama sekali aku belum pernah mengunjunginya,terletak di sebelah barat kota malang.Sebuah kota kecil yang ternyata kadang menjadi pusat pemberhentian kereta eksekutif dari kota jogjakarta.Tetapi keraguan yang sempat menghantui itupun terhapus karena ternyata kami bisa mendapatkan bus yang sudah siap berangkat menuju tempat tujuan kami dan kami berdua mendapatkan tempat duduk tepat berada di belakang pak sopir yang sedang bekerja.Aku duduk disamping seorang ibu yang berkerudung dan sedang menuju kampong halamannya.Sedang temanku duduk di belakang pak tua yang mengenakan jaket parasit hitam yang tampak sangat jelas melindungi sekotak kardus yang tepat berada dibawah kakinya.Seperti mengamankannya dari berbagai ancaman dicuri ataupun rusak terkena injak kaki para penumpang lainnya..Aku sangat menikmati perjalananku kali ini dan sejujurnya aku sangat senang berada di dalam roller coaster ini.
Dari tempat duduk aku bisa dengan jelas melihat ke depan melalui sebuah kaca besar yang menghubungkan panas dan liku jalan dengan kami semua yang sedang menikmati perjalanan.Baru kali ini sebuah roller coaster melaju kencang di jalan raya yang sangat berkelok dengan background alam yang mungkin di Disneyland pusat pun tak akan bisa menyamainya.Jalannya berliku,menanjak,berkelok dan menakjubkan bagi siapa saja yang pernah melewatinya apalagi bagi mereka yang sangat rentan dengan sebutan mabuk darat,kantong plastic pun selalu menjadi elemen terpenting.Aku selalu merasa amat senang ketika melakukan perjalanan karena kelak suatu hari aku akan berkeliling Indonesia sendiri dan kemudian setelah itu aku akan berkeliling kota Toulouse,Prancis.Aku akan selalu membawa tas hitam yang kubeli setahun yang lalu yang memang sudah aku persiapkan untuk menjadikan aku seorang backpacker walaupun bukan backpacker yang sebenarnya tapi suatu saat aku akan mewujudkannya menjadi kenyataan,seorang bacpaker yang berkeliling dan selalu mengabadikan pengalamannya lewat sebuah kamera fisheye yang untuk membelinya pun aku harus menabung terlebih dahulu dan sampai sekarang baru setengahnya mampu aku tabung.Jalanku masih panjang,untuk menjadi seorang bacpaker,seorang penulis ataupun untuk membeli sebuah kamera fisheye yang aku inginkan sedari dulu.Tapi setidaknya usahaku untuk memepertahankan konsistensi lah yang harus aku jaga dan juga aku harus tetap membakar semangat yang terkadang terbang tenggelam,mengejar mimpi memang bukan hal yang mudah.
Deretan bukit-bukit dan pohon-pohon tinggi itu seperti tak mampu mengejar dan menyamai kecepatan roller coaster kami.Mereka tampak tertinggal jauh dan setelah itu mereka kembali diam seperti tak ingin lagi mengejar kami.Kembali menempati tempat mereka tumbuh dan menjadi tinggi mencapai angkasa lapis pertama dari bumi.Semua tampak hijau dari tempatku duduk,sungguh menyegarkan mata yang mulai terasa berat dan ingin segera beristirahat.Lawan kami yang terakhir cukup sulit dikalahkan karena ternyata dia mampu menyamai kecepatan melaju kami dan bahkan tak segan dia menjadi dua,menjadi musuh yang tangguh sepanjang perjalanan.Kecepatannya sempurna,tak menunjukkan suatu kelemahan dan kelelahan sedikitpun.Kami berlomba mencapai ujung perjalanan dan ternyata dia tiba-tiba berkelok,menuju arah matahari menjauhi kami.Aku dan seluruh penumpang tak lagi menjadi seorang pemenang,berusaha mengakui ketangguhan lawan kami yang terakhir.Kekalahan itu membuat roller coaster berhenti dan kami berdua turun disebuah halte menunggu roller coaster yang lain datang menjemput,menanti lawan macam apalagi yang akan kami temui dalam perjalanan menuju stasiun kertosono.