Muncul sebuah pertanyaan di kepalaku pagi ini, tentang arti sebuah kata yang biasa disebut harmoni. Di saat bersamaan ketika aku mendengarkan sebuah karya dari sebuah band bernama PADI dengan lagu yang berjudul sama, harmoni. Ada satu bait yang selalu aku coba untuk memahaminya yaitu, kita terlahir bagai selembar kertas putih. Itulah alasannya aku menulis paragraf ini, dan aku lebih suka menyebutnya sebagai harmoni dalam hidup yang sering aku pertanyakan.
Aku masih belum tahu benar apa arti dari harmoni itu sendiri akan tetapi aku bisa mengartikannya dengan kata-kata yang aku punyai sendiri tanpa harus ada kewajiban untuk serupa sempurna dengan orang-orang yang terlebih dulu mengartikannya hingga menjadikannya sebuah acuan atau panduan untuk mengartikan harmoni tersebut. Aku tak pernah khawatir tentang permasalahan itu, malah aku lebih khawatir aku belum bisa menemukan susunan kata yang pas untuk menunjukkan pada orang lain apakah harmoni itu, menurutku. Kenapa menurutku? Dan bukan menurut orang lain? Karena setiap orang memang punya hak untuk berpendapat dan itu tercantum dalam undang-undang dasar. Jadi aku tak pernah merisaukan tentang pandangan egois padaku karena aku hanya menuntut hak tanpa harus menuntut orang lain untuk mengikuti atau sepaham dengan pendapatku.
Kembali pada pengartian harmoni menurutku.
Harmoni adalah sebuah perasaan yang hampir sama pemahamannya dengan kenyamanan namun lebih abstrak dari rasa nyaman itu sendiri. Kenyamanan adalah suatu perasaan yang kita dapatkan dari entah individu lain atau bisa saja dari sekitar kita, sekitar yang luas. Perasaan pas seperti halnya sepasang kaki kita yang akan merasakan sesuatu yang sebenarnya tidak bisa kita ucapkan dengan kata lain selain nyaman/enak ketika kita berhasil mendapatkan sepasang sepatu yang ukurannya juga pas dengan besar kaki kita. Tanpa ada paksaan dari dalam untuk mengatakan pada diri kita sendiri bahwa kita harus mengingkari kenyamanan itu dengan berkata bahwa sepatu yang kita dapatkan itu terlalu besar atau terlalu kecil. Karena kita telah mendapatkan harmoni yang kita butuhkan (bukan yang kita inginkan) dan segala pemikiran kita tak akan bisa mencoba mengingkarinya untuk menghindarinya, menjauh dari kenyamanan tersebut.
Lantas sebenarnya bagaimana cara mendapatkan keharmonisan itu ?
Manusia terkadang terlalu banyak bertanya sehingga menjadikannya terlalu banyak mengeluh juga. Bagiku bukan merupakan sebuah dosa untuk banyak bertanya akan tetapi kita juga harus bisa membatasi gejolak dalam diri kita ketika diri kita merasa belum puas dengan segala hal yang ada di sekitar kita, jika tidak gejolak itulah yang akhirnya bisa membawa kita menuju suatu tempat yang penuh dengan perasaan mengeluh karena kita tidak bisa mengkondisikan harmoni yang seharusnya sudah kita dapatkan akan tetapi kita malah membiarkannya tumbuh terlalu besar hingga mencapai titik keluhan atau perasaan gemar mengeluh. Jadi peran kita sebagai pengendali atas diri kita itu juga sangat amat penting dan bukan saja berperan dalam membatasi gejolak namun juga sangat berperan dalam hal lainnya juga.
Jadi biarkanlah kertas hidup itu tetap menjadi putih seperti seharusnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar