Situasi yang tercipta ketika ini, perut baru saja kenyang setelah melahap semangkuk koko krunch, duduk di atas kasur busa, bersandar pada tembok yang penuh dengan segala absurditas remaja dan sesekali melirik ke tumpukan buku yang baru saja terbeli. Pertanyaan yang sedang berputar di kepala saat ini, apakah saya masih remaja? dan seberapa tuakah saya?.
Kings of Leon mulai melebur sepi dan mencipta rasa.
Twenty One. Dua puluh satu. Vingt et un. TIdak lagi remaja. Dewasa.
Apa arti 5 ungkapan di atas bagi seorang mahasiswa sastra seperti saya ini ? Bukan malah memperingatinya malah justru saya ingin berbincang dengannya, lebih intim, saling menelanjangi dan meringkasnya menjadi kecil agar bisa saya letakkan di dalam kepala yang berasa sudah mulai penuh karena semakin dewasa semakin banyak pula kekhawatiran yang kadang terlalu kita risaukan. Dan akhirnya seperti ini, saya berhasil membuatnya tidak terlalu memenuhi kepala, karena setelah saya pikir-pikir lagi memori laptop ini masih menyisakan tempat.
Dua dasawarsa plus satu, sampailah saya pada tahap ini. Tak juga terlalu tua tapi juga masa remaja yang sudah tak bersisa.
Dua dasawarsa plus satu. Dua puluh satu. Dimana seorang laki-laki mendadak menjadi pemalu bercerita tentang lampau waktu dulu dan juga mendadak bernafsu agar semua segera berlalu.
Sebuah catatan perjalanan (02 Oktober 2011)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar